Desa di Sragen Ini Edukasi Protokol Kesehatan Melalui Kerajinan Tangan
Berita Baru, Sragen – Pemerintah Desa (Pemdes) Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen terus berupaya mengedukasi masyarakat tentang protokol kesehatan, salah satunya melalui hasil kerajinan tangan bernilai jual.
Berbagai produk kerajinan tangan asal Desa Sepat, Kecamatan Masaran tersebut di antaranya, tas anyaman plastik dari Dukuh Pucuk, dan keset anyaman kain dari Dukuh Wonorejo.
Tak tanggung-tanggung, kedua produk itupun berhasil menembus pasaran pelosok negeri maupun luar negeri.
Kepala Desa Sepat, Mulyono mengaku Pemdes Sepat sengaja mengajak pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mengampanyekan protokol kesehatan. Hal itu dilakukan guna membangun kesadaran warga terkait pentingnya menjalankan protokol kesehatan demi mencegah penularan Covid-19.
“Ada dua UMKM dari Desa Sepat Kecamatan Masaran yang berpartisipasi untuk sosialisasi pencegahan Covid-19 melalui tulisan poin protokol kesehatan yang ada pada tas anyaman atau keset,” terang Mulyono, Selasa (9/3).
Dari potensi itu, Pemdes Sepat mengajak pengrajin untuk turut mengampanyekan protokol kesehatan Covid-19 dengan 5 M. Program 5M tersebut meliputi, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, memakai masker, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas keluar rumah.
“Kelima pesan ini kemudian diaplikasikan di produk tas anyam dan keset produksi. Tujuannya agar ada sinergi antara masyarakat dengan pemerintah desa dalam pencegahan penularan Covid-19,” lanjutnya.
Dalam proses pembuatannya pun mereka tak mengabaikan protokol kesehatan. Mulai dari memakai masker, cuci tangan, dan menjaga jarak aman.
Salah satu pengrajin tas anyaman, Yenni Eka Yulianti mengaku dengan ide kreatif memberikan pesan protokol kesehatan pada tas anyaman buatannya, membuat permintaan pesanan tas meningkat hingga 80 persen.
“Alhamdulillah, antusiasme masyarakat cukup tinggi. Jadi, kan pas pakai tas ini, masyarakat bisa baca tulisan ini dan langsung bisa diterapkan,” ungkap Yenni.
Untuk model tasnya, Yenni mengatakan dirinya selalu up to date mengikuti perkembangan. Tidak heran jika setiap bulan dirinya bersama 30 orang pengrajin lainnya mampu menjual tas anyaman itu hingga ke sejumlah wilayah di tanah air bahkan ke luar negeri.
“Setiap bulan selama pandemi ini, kami memproduksi hingga 500-an tas anyaman (bertuliskan pesan prokes). Kami kirim ke wilayah Indonesia. Paling jauh (ke) Kupang, Aceh, hingga ekspor ke luar negeri seperti Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia,” kata Yenni.
(Husein)