
Pesantren Dilecehkan, Santri Bangkit : BEM Pesantren Seluruh Indonesia Serukan Aksi Damai di Istana Negara
Jakarta, 18 Oktober 2025 — Badan Eksekutif Mahasiswa Pesantren Seluruh Indonesia menyampaikan keprihatinan mendalam atas tayangan salah satu stasiun televisi nasional (Trans 7) yang menampilkan kehidupan pesantren dengan framing negatif dan menyesatkan publik. Tayangan tersebut dinilai telah mencederai marwah pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang selama berabad-abad menjadi benteng moral, peradaban, dan penjaga keutuhan bangsa.
BEM Pesantren menilai tayangan itu menampilkan relasi antara kiai dan santri secara keliru, seolah pesantren identik dengan praktik yang tidak mendidik. Padahal, pesantren adalah pusat pembentukan karakter, moralitas, dan kebangsaan, tempat lahirnya generasi berilmu, berakhlak, dan berjiwa nasionalis.
“Pesantren bukan tempat eksploitasi, tetapi tempat pengabdian dan pembentukan karakter. Santri belajar keikhlasan, kedisiplinan, serta nilai pengabdian kepada ilmu dan bangsa. Framing negatif terhadap pesantren sama saja merendahkan warisan luhur yang telah berjasa besar bagi Indonesia,” tegas Ahmad Tomi Wijaya, Koordinator Pusat BEM Pesantren Seluruh Indonesia, dalam pernyataannya, Sabtu (18/10).
Tomi menegaskan, pesantren memiliki peran historis yang tidak tergantikan dalam perjuangan bangsa, dari masa penjajahan hingga era kemerdekaan. Oleh karena itu, segala bentuk pemberitaan yang menyesatkan publik tentang pesantren merupakan bentuk pelecehan terhadap perjuangan para kiai dan santri yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi agama dan negara.
Dalam pernyataan sikap resminya, Badan Ekseutif Mahasiswa Pesantren menyampaikan empat poin utama:
- Menuntut pihak stasiun televisi yang bersangkutan untuk menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada seluruh pesantren di Indonesia.
- Mendorong Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menindak tegas pelanggaran etika jurnalistik dalam tayangan tersebut.
- Menyerukan kepada seluruh santri di Indonesia untuk menjaga marwah pesantren dengan tetap menampilkan akhlak, keteladanan, dan semangat keilmuan.
- Mengajak masyarakat luas dan umat Islam untuk tidak terprovokasi, serta menyikapi persoalan ini dengan damai dan bermartabat, sembari yakin bahwa pemerintah Prabowo–Gibran akan senantiasa berpihak kepada santri dan ulama.
Selain menyampaikan pernyataan sikap, BEM Pesantren juga menyerukan Aksi Damai Santri Nusantara pada 22 Oktober 2025 di depan Istana Negara, Jakarta, bertepatan dengan Hari Santri Nasional. Aksi ini akan menjadi bentuk aspirasi dan solidaritas seluruh santri Indonesia dalam menuntut keadilan serta menjaga kehormatan pesantren.
“Kami mengundang seluruh santri dari berbagai daerah untuk hadir dan bersuara secara damai di Istana Negara pada 22 Oktober mendatang. Aksi ini bukan untuk menciptakan konflik, melainkan untuk meneguhkan bahwa santri siap berdiri di garda depan membela marwah pesantren dan menjaga persatuan bangsa,” ujar Ahmad Tomi Wijaya menegaskan.
Lebih lanjut, Tomi menambahkan bahwa momentum Hari Santri tahun ini akan menjadi momen konsolidasi moral santri Indonesia, sekaligus ajang refleksi agar pesantren terus menjadi kekuatan penyejuk di tengah dinamika bangsa.
“Kami percaya, ketika Ulama dan Umaro bersatu, Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, makmur, dan bermartabat,” pungkasnya.