Dorong Peran Masyarakat Hadapi Pandemi, LeaN On by INVEST DM Gelar Webinar
Berita Baru, Jakarta – LeaN On, sebagai inisiatif tambahan dari program INVEST DM dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang didukung oleh United State Agency for International Development (USAID) melalui program Empowering Access to Justice (MAJu) – The Asia Foundation (TAF), mengadakan webinar bertajuk “Pelacakan Kontak Mengoptimalkan Dukungan Masyarakat dalam 3T”, Senin (2/8).
Acara yang dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Sosiolog Bencana Sulfikar Amir, Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial PMI Fachmi Idris, Program Director Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) Egi Abdul Wahid, dan Kontributor Public Health Pandemic Talks Pritania Astari ini digalakkan sebagai upaya untuk menangani COVID-19 dengan mengoptimalkan peran masyarakat.
Sebagaimana disampaikan oleh Direktur BNPB Agus Wibowo dalam sambutannya, acara seperti ini penting untuk mendiskusikan krusialnya peran masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19.
“Untuk menghadapi pandemi berbagai pihak harus bersinergi dan program LeaN On sejak September 2020 sudah berjuang keras untuk menjadikan 3T sebagai salah satu wadah untuk sinergi tersebut, khususnya di level masyarakat,” ungkapnya pada diksusi daring yang dibawakan langsung oleh Yohana Margaretha ini.
Hal yang sama diungkapan oleh Deputi Direktur Democratic Resilience and Governance USAID Indonesia Anders Mantius. Menurutnya, elemen penting untuk mengatasi pandemi COVID-19 adalah masyarakat yang sebab inilah gerakan Tes, Telusur, dan Tindak lanjut (3T) penting adanya.
“Khususnya adalah untuk membantu kelompok difabel dan terpinggirkan dalam memahami semua tentang COVID-19 meliputi penjelasan tentang bahaya virus tersebut, bagaimana menyikapi informasi yang simpang siur, dan termasuk cara mencegahnya,” katanya dengan Bahasa Inggris di sesi sambutan.
Pelacakan sebagai gerakan kunci
Pentingnya 3T disampaikan pula secara lebih detil oleh Sosiolog Bencana Sulfikar Amir. Sebagai pembicara pertama, ia menyebut pelacakan kontak (contact tracing) bukan saja tentang melacak siapa yang penah berinteraksi dengan seseorang yang positif COVID-19.
Namun, hal tersebut juga berhubungan erat dengan ikatan sosial. Pasalnya, kata Sulfikar, wabah yang sedang dihadapi saat ini penularannya melalui interaksi fisik, sehingga penanganannya membutuhkan intervensi sosial.
Jaga jarak dan pelacakan adalah contoh dari intervensi sosial yang karena demikian beberapa pembacaan sosiologis diperlukan untuk bisa melampui Pandemi COVID-19.
“Sederhananya, untuk mengatasi mengapa misalnya masyarakat masih susah menggunakan masker atau bagaimana caranya agar pelacakan bisa dilakukan masyarakat, maka kita harus melakukan analisis-analisis sosiologis terlebih dulu,” paparnya.
Termasuk dalam intervensi sosial adalah menggunakan masker, mencuci tangan, dan semacamnya, namun di antara semua itu yang paling penting menurut Sulfikar adalah pelacakan.
“Pelacakan bagi saya adalah nafas dari penanganan pandemi, bahkan mohon maaf sebelumnya jika saya berlebihan, ketika pemerintah Indonesia bisa efektif di pelacakan ini, maka tidak perlu apa itu yang namanya PPKM atau memakai masker,” tegas dosen di Nanyang Technology University (NTU) Singapura ini.
“Tapi, kenyataannya kita semua masih berjuang ke arah itu, dalam arti sistemnya belum terbangun baik, sehingga penggunaan masker dan jaga jarak tetaplah diperlukan,” tambahnya.
Dalam kaitannya dengan pemerintah, Sulfikar juga menyinggung soal sinergi. Sinergi betapa pun sangat dibutuhkan untuk menghadapi wabah, khususnya antara masyarakat dan pemerintah.
Jika masyarakat misalnya sudah berkenan untuk menggalakkan 3T, maka pemerintah juga harus memikirkan sekaligus mengimplementasikan bagaimana supaya masyarakat tidak terbebani oleh biaya tes.