Guru MAN 1 Magelang Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Kirim Chat Mesum
BERITABARU, MAGELANG – Seorang guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Magelang, RYN (32), diduga melakukan pelecehan seksual terhadap salah seorang perempuan siswanya.
Guru pelajaran matematika ini mengirimkan pesan cabul kepada korbannya. Percakapan tersebut lantas viral di media sosial.
Kepala MAN 1 Magelang Handono mengakui RYN pernah mengajar di sekolah tersebut. RYN berstatus guru tidak tetap (GTT) sejak 2016.
Saat berita pelecehan seksual ini tersebar di media sosial, Handono mengatakan, pihaknya memanggil RYN dan korban berikut keluarganya untuk melakukan klarifikasi.
“Chatting itu (cabul) iya. (Pelaku) mengakui semuanya,” katanya saat ditemui di sekolah, Jumat (1/7/2022).
Handono juga menunjukkan berita acara klarifikasi. Dalam lembaran tersebut dinyatakan RYN meminta maaf kepada MAN 1 Magelang serta siswa dan keluarganya.
“Sudah klarifikasi, sudah diberhentikan pelakunya (dari MAN 1 Magelang),” ujarnya.
Pelecehan ini terungkap bermula dari unggahan tangkapan layar percakapan WhatsApp antara RYN dan salah seorang murid MAN 1 Magelang. RYN terekam melontarkan kalimat-kalimat yang mengandung unsur pelecehan seksual, seperti ingin berbuat cabul terhadap bagian tubuh korban.
Akun twitter @txtdrMagelang lantas membagikan unggahan itu, Kamis (30/6/2022) sore. Unggahan tersebut memantik orang-orang yang diduga juga sebagai korban RYN untuk berkomentar.
Salah satu korban mengaku pernah dilecehkan secara fisik saat RYN memberikan les matematika di rumah korban. Dari sejumlah komentar, patut diduga korban pelecehan seksual RYN lebih dari satu orang.
Ihwal upaya MAN 1 Magelang mencari korban lainnya, Handoko mengklaim tidak punya kewenangan soal itu.
“Gurunya kan sudah kita berhentikan. Kita tidak punya kewenangan. Saya tidak tahu (dugaan korban lain). Yang saya tahu ya satu ini aja,” ucapnya.
Pelaksana Tugas Dinas Sosial Kabupaten Magelang, Iwan Sutiarso mengatakan, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) telah menemui korban untuk memberikan pendampingan psikologis.
“(P2TP2A) baru koordinasi ke sekolah, keluarga, terus melakukan assessment dulu untuk melakukan langkah-langkah selanjutnya. Apakah nanti ada pendampingan psikolog dan lain sebagainya untuk memulihkan trauma,” terangnya.