Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Hadapi Kemarau Bulan Mei, BMKG Staklim Semarang Imbau Masyarakat Waspada
Ilustrasi (Foto: Kementan)

Hadapi Kemarau Bulan Mei, BMKG Staklim Semarang Imbau Masyarakat Waspada



Berita Baru Jateng, Kedaerahan ­– Sebagian besar Jawa Tengah diprediksi akan dilanda musim kemarau pada mei Mendatang.

Hal ini berdasar pada  tinjauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Stasiun Klimatologi (Staklim) Semarang.

Melansir dari Semarangpos Pada Rabu (30/3/21), Menurut Sukasno, selaku Kepala BMKG Staklim Semarang, prakiraan tibanya musim kemarau didasarkan atas pengolahan dan analisis data serta perkembangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer di Jateng.

“Berdasar hasil pengolahan dan analisis data itu, maka bisa diperkirakan awal musim kemarau di Jateng terjadi pada Mei-Juni 2021,” ujarnya Selasa (30/3/21).

Sukasno juga mengaku akan ada sejumlah daerah yang mengalami kemarau lebih cepat dibanding daerah lain atau terjadi pada akhir April.

Sejumlah wilayah itu yakni Kabupaten Blora, Rembang, Pati, selatan Wonogiri, Jepara, dan Grobogan.

Sedangkan daerah yang mengalami kemarau lebih lambat atau pada Juli antara lain Purbalingga, Banjarnegara, Pemalang, dan selatan Kabupaten Pekalongan.

“Awal musim kemarau di Jateng tahun ini diprakirakan juga mundur dibanding tahun-tahun sebelumnya,” tutur Sukasno.

Meski kemarau, lanjut Sukasno, bukan berarti sudah tidak ada hujan yang turun. Hujan masih berpotensi turun selama musim kemarau meski demikan sifatnya normal atau tidak disertai cuaca ekstrem.

Di sisi lain, puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus nanti.

“Untuk periode musim kemarau paling pendek atau sekitar 2,5 bulan akan terjadi di wilayah utara Purbalingga, Banjarnegara, Pemalang, dan Pekalongan. Sedangkan periode terpanjang, hingga lebih dari 7 bulan akan terjadi di Rembang, Pati, dan sebagian kecil wilayah timur laut Jepara,” jelasnya.

Terkait tibanya musim kemarau ini, BMKG Staklim Semarang juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Terutama potensi munculnya bencana hidrometeorologi seperti putting beliung akibat peralihan musim hujan ke kemarau.

“Selain itu, kami minta masyarakat juga mengupayakan penyimpanan atau penampungan air saat masa transisi. Ini dilakukan guna mengantisipasi bencana kekeringan saat musim kemarau,” imbuhnya.

(Husein)