Kisah Nabila, Anak SD Berjualan Keliling demi Beli Buku
Berita Baru Jateng, Wonogiri – Kendaraan berseliweran di jembatan penghubung Desa Pokoh Kidul-Kelurahan Wuryorejo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, dekat pintu utama atau spillway Waduk Gajah Mungkur (WGM), Selasa (6/10/21).
Nabila Ristanti yang mengenakan baju tanpa lengan berdiri di sudut jembatan bersama sepeda mininya. Sesekali anak perempuan berusia 10 tahun itu menata dagangan berupa burger, siomai yang keduanya dikemas dalam mika, dan cilok goreng (cireng).
Dagangan itu ditempatkan di keranjang dan ditaruh di boncengan sepeda. Siang itu anak warga Dusun Karangtalun, Desa Pokoh Kidul tersebut menjual 10 porsi burger, 10 porsi siomai, dan 45 tusuk cireng. Satu porsi burger dijualnya Rp4.000, satu porsi siomai Rp5.000, dan cireng Rp1.000/tusuk. Cireng yang dijualnya berukuran lebih besar dari cireng pada umumnya.
Dagangannya masih cukup banyak. Pembeli tak kunjung menghampiri. Namun, Nabila tetap teguh menjajakan dagangannya sambil menggendong tas kecil, mengikhlaskan diri terbakar terik matahari.
“Enggak apa-apa panas. Saya di sini biar terlihat orang lewat,” ucap Nabila di balik masker sambil mengamati kendaraan yang akan melewatinya berharap ada pengendara yang membeli dagangannya.
Nabila merupakan siswa Kelas V SDN 3 Pokoh Kidul. Dia anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Riswadi dan Intan. Mereka keluarga sederhana. Riswadi bekerja sebagai pekerja bangunan. Intan menjual bahan bakar minyak (BBM) di rumahnya. Anak pertama mereka sudah berkeluarga tinggal di Kabupaten Klaten. Sementara, anak bungsu mereka masih kecil.
Meski masih anak-anak, Nabila sudah dididik menjadi anak mandiri. Sebelum menjual aneka penganan dia setiap hari membantu ibunya berdagang BBM di rumah. Dia bertugas menerima uang dari konsumen. Kadang turut membantu menuangkan BBM ke dalam botol.
Hidup dalam kesederhanaan tak membuat Nabila malas belajar. Dia mengaku selalu mendapatkan ranking III saat duduk di bangku kelas I hingga IV.
Berjualan aneka penganan adalah inisiatifnya sendiri. Hasil penjualan ditabung agar sewaktu-waktu dapat membeli buku pelajaran. Dia ingin meringankan beban orang tua. Beban ekonomi keluarganya semakin berat selama pandemi Covid-19 ini.
“Biasanya bapak dan ibu yang membelikan buku. Saya pengin bisa beli buku sendiri,” kata dia yang sejak lama berdiri di atas sandal japit yang tak utuh lagi.
Izin Orang Tua
Nabila sudah meminta izin orang tua. Dia berjualan di lokasi itu sejak awal September lalu. Dagangannya dia ambil dari pelaku usaha pembuat burger, siomai, dan cireng di Dusung Pengkol, Desa Pokoh Kidul.
Dagangan yang tak terjual dia kembalikan. Apabila dagangan habis dia memperoleh pendapatan bersih Rp15.000. Tapi sering kali dagangannya tak habis, sehingga pendapatannya minim.
Namun, dia tetap bersyukur dan ingin terus berjualan. Menjadi pedagang sukses adalah cita-citanya sejak kecil agar bisa membantu orang tua. “Kadang ada juga pembeli yang memberi uang lebih,” imbuh gadis kecil itu.
Selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19 ini Nabila punya waktu luang. Waktu luang itu digunakannya untuk berjualan. Selama PJJdia mengerjakan tugas sekolah saat sore atau malam ketika bapaknya pulang kerja. Sebab, keluarganya hanya memiliki satu telepon seluler (ponsel), yakni dibawa bapaknya. Nabila mengaku tak pernah mengeluh atas kondisi itu.
“Dari rumah ke tempat berjualan enggak terlalu jauh. Dari rumah saya mengambil dagangan dulu lalu bablas ke sini pakai sepeda. Sepeda ini saya pakai sejak saya TK,” ulas Nabila.
Setelah lebih kurang 30 menit berlalu ada mobil dari arah Kelurahan Wuryorejo yang menghampiri. Setelah berhenti di depan Nabila, kaca pintu belakang mobil turun lalu seorang perempuan dewasa menyerahkan uang kepada Nabila.
“Ini buat kamu, Sayang,” ucap perempuan itu tanpa mau diberi penganan lalu pergi.
Sebelumnya diposting Solopos.com
(KDT)