Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Mengurai Persoalan GERD: Sengketa Bendungan di Sungai Nil yang tak Kunjung Usai
Bendungan GERD (Foto: Sky Scraper City

Mengurai Persoalan GERD: Sengketa Bendungan di Sungai Nil yang tak Kunjung Usai



Berita baru Jateng, Sosial dan Budaya – Menteri luar negeri dari Mesir, Etiopia dan Sudan memulai perundingan di Kinshasa, Ibukota Negara Kongo,  mengenai bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD)  pada hari Minggu (4/4/21).

Atas hal itu, Presiden Republik Demokratik Kongo Felix Tshisekedi, yang menjadi ketua Uni Afrika mendesak para menteri luar negeri mereka untuk mencoba dinamika baru.

“Saya meminta Anda semua untuk membuat awal yang baru, untuk membuka satu atau beberapa jendela harapan, untuk memanfaatkan setiap kesempatan,” katanya, dikutip dari AFP, Minggu (4/4/21).

Perselisihan mengenai Bendungan yang dibangun di anak Sungai Nil Biru ini telah memanas sejak 2013 lalu.

Lalu apa sebenarnya akar persoalan yang memicu tiga negara tersebut sehingga berselisih? Berikut penjelasanya.

Perjanjian Bilateral Mesir-Sudan

Mesir sebagai negara paling hilir telah lama mengeksploitasi Lembah Sungai Nil bersama Sudan secara eksklusif berdasarkan perjanjian historis the 1929 Nile Water Agreement dan the 1959 Agreement.

Perjanjian terkait akses air Sungai Nil tersebut hanya dilakukan secara bilateral tanpa melibatkan Etiopia yang berada di sumber aliran (hulu).

Hingga pada tahun 2011, Perdana Menteri Etiopia akhirnya menantang hak akses air historis melalui pembangunan multi-fungsi yaitu Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) di lokasi anak Sungai Nil Biru.

Pembangunan GERD tersebut menyebabkan ketegangan yang meningkat antara Etiopia dengan negara-negara Hilir yaitu Mesir dan Sudan.

Protes yang diabaikan

Meskipun demikian, Etiopia menyatakan akan terus melanjutkan pembangunan GERD terlepas dari protes yang dilakukan oleh Mesir. Mesir bahkan sempat mengancam untuk menyerang bendunganbendungan yang mengganggu aliran air ke Mesir.

Namun, Etiopia mengabaikan acaman tersebut. Hal ini terungkap melalui sebuah pernyataan Juru Bicara Pemerintah Etiopia yaitu Dina Mufti pada 2013 lalu.

“Etiopia tidak terintimidasi oleh perang psikologis Mesir dan tidak akan menghentikan pembangunan material, bahkan sedetik pun.” Ujarnya.

Mencari Jalan Tengah

Tahun 2012, Etiopia, Mesir dan Sudan membentuk sebuah tripartite committee antara ketiga negara untuk menciptakan kesepahaman.

Hingga bulan ini,  Mesir dan Sudan meminta Kinshasa untuk mengarahkan upaya untuk meluncurkan kembali negosiasi di bendungan yang diperebutkan. Rakyat dari ketiga negara memiliki hak atas air, makanan dan kesehatan, tegasnya.

Etiopia mengatakan tenaga hidroelektrik yang dihasilkan oleh GERD akan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi 110 juta penduduknya.

Mesir, yang sekitar 97 persen dari irigasi dan air minumnya bergantung pada Sungai Nil, melihat bendungan itu sebagai ancaman nyata.

Adapun Sudan, khawatir bendungannya sendiri akan terganggu jika Ethiopia melanjutkan dengan menyelesaikan GERD sebelum kesepakatan tercapai.

(Husein)