Nasi Goreng Gerobak Jalan Sersan Sadikin, Klaten, Dimasak Mantan Koki Masakan Eropa Jepang
BERITABARU, KLATEN – Nasi goreng adalah salah satu kuliner nusantara yang digemari banyak orang Indonesia.
Kita bisa dengan mudah menemukan menu masakan nasi goreng dari pinggir jalan hingga restoran mewah.
Umumnya nasi goreng biasa disajikan dengan tambahan telur dadar atau mata sapi, kerupuk, lalapan seperti timun dan tomat serta acar.
Untuk harga nasi goreng di pinggir jalan, biasanya harga Rp 10 ribu sampai 15 ribu.
Salah satu pedagang kaki lima nasi goreng di Kabupaten Klaten, tepatnya di Jalan Sersan Sadikin, Desa Mayungan, Kecamatan Ngawen, ada gerobak dorong milik mantan koki restoran yang kini memilih membuka usahanya sendiri setelah mundur dari restoran yang berlokasi di Jakarta.
Suyitno (35) mengaku sudah setahun membuka nasi goreng di pinggir jalan, setelah keluar dari pekerjaan lamanya sebagai koki di restoran Jepang dan Eropa di DKI Jakarta.
Setelah melewati berbagai perjalanan hidup sebagai koki, di tahun 2016 ia memulai mandiri berjualan nasi goreng dengan gerobak, beberapa kali pindah tempat untuk jualan nasi goreng.
“Saya pernah buka di Desa Kwaren (Kecamatan Ngawen) sempat ramai tapi lambat laun jadi sepi,” ungkapnya.
“Akhirnya saya buka nasi goreng keliling pakai motor sampai 4 tahun. Waktu jualan pakai motor ramai sampai 40 porsi, banyak pelanggan saya di perumahan-perumahan, tapi berhenti karena pandemi covid,” tambahnya.
Sempat banting setir menjadi penjual sate selama beberapa waktu, namun dirinya memutuskan untuk kembali berjualan nasi goreng di tempatnya saat ini karena banyak orang yang ingin mencoba nasi goreng buatan mantan koki restoran Eropa dan Jepang itu.
Dikatakan Suyitno meski terlihat biasa bumbu yang dipakai merupakan olahannya bersama istri.
Mencoba berulang kali dan gagal hingga akhirnya kini sudah mendapat racikan yang pas.
“Kalau soal rasa saya berani di adu dengan nasi goreng buatan restoran, soalnya bumbu nasi goreng saya enggak seperti yang biasa dipakai pedagang nasi goreng, ini racikan khusus,” akunya.
“Mertua saya saja sampai enek karena berulang kali nyoba nasi goreng saya sampai akhirnya nemu resep yang sekarang,” tambahnya.
Tidak hanya bumbu, ada 2 alat masak yang selalu dia gunakan sebagai piranti untuk membuat nasi goreng selama bertahun-tahun.
“Saya punya spatula sama wajan yang saya bawa dari Jakarta dan sampai saat ini masih saya gunakan,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, ada dirinya juga selalu menggunakan pakaian khas koki disebuah restoran lengkap dengan sepatu boots.
Dia berujar bahwa itu konsisten dirinya lakukan karena ia sangat menghargai profesinya saat ini, ditambah dengan menggunakan sepatu, dirinya merasa aman saat bekerja.
Buka dari jam 18.00 hingga 23.30 WIB , dirinya mampu menjual 50 porsi hingga 70 porsi dalam satu kali jualan.
Bahkan dirinya dipaksa untuk berdiri selama berjam-jam lantaran pembelinya tak ada putus.
‘Paling jelek itu 50, kalau pas ramai ya bisa sampai 70 porsi,” jelasnya.
Dirinya tidak hanya menjual beberapa menu olahan nasi namun juga mie mulai harga Rp 12 ribu dari mulai original, lada hitam, paklay dan saus tomat.