Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Rektor IAIN Ponorogo
Rektor IAIN Ponorogo

Rektor IAIN Ponorogo: Manifesto Suci 2025 Menegaskan Transformasi Pelayanan Haji yang Bersih, Digital, dan Amanah



Jateng,BeritaBaru.co – Di tengah proses transformasi besar penyelenggaraan ibadah haji, Indonesia melangkah pasti dengan peluncuran Manifesto Suci Haji 2025.

Langkah ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Rektor IAIN Ponorogo, Prof. Dr. Hj. Evi Muafiah, M.Ag., yang menyebut manifesto ini sebagai wujud nyata keseriusan negara dalam menghadirkan layanan haji yang profesional, bersih, dan berbasis nilai spiritual.

Sebagai negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia mengirim jemaah haji terbanyak setiap tahunnya. Tahun ini, pada musim haji 1446 H/2025 M, Indonesia mendapat kuota 221.000 jemaah reguler.

Kloter pertama diberangkatkan pada 2 Mei 2025 dari Embarkasi Haji Jakarta. Hingga 12 Mei, 158 kloter telah diberangkatkan ke Tanah Suci.

Tahun Transisi, Inovasi Jalan Terus

Tahun 2025 menjadi momen penting: tahun terakhir Kementerian Agama (Kemenag) mengelola haji secara penuh sebelum menyerahkan estafet kewenangan kepada Badan Haji mulai 2026. Meski dalam masa transisi, Kemenag tetap menunjukkan komitmen tinggi terhadap pelayanan yang prima melalui Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU).

Rektor IAIN: Ini Bukan Sekadar Administrasi, Tapi Komitmen Moral

Menanggapi peluncuran Manifesto Suci Haji 2025 oleh Menteri Agama, Prof. KH. Nasaruddin Umar, Rektor IAIN Ponorogo menilai bahwa kebijakan ini tidak hanya mencerminkan reformasi birokrasi, tetapi juga tanggung jawab moral terhadap kesucian ibadah haji.

“Ini adalah langkah revolusioner. Manifesto Suci tidak hanya mengatur teknis, tapi meletakkan nilai-nilai spiritual dan etika sebagai fondasi layanan haji,” ungkap Prof. Evi.

Biaya Lebih Ringan, Transparansi Diperkuat

Salah satu poin utama dari manifesto ini adalah transparansi pembiayaan haji. Biaya yang dibayarkan langsung oleh jamaah hanya sekitar Rp55 juta, jauh di bawah biaya riil lebih dari Rp90 juta. Selisih ini ditutup dari nilai manfaat dana haji yang dikelola oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) secara akuntabel dan terbuka.

Langkah ini bukan hanya efisien, tapi juga memperlihatkan keberpihakan nyata negara terhadap umat.

Inovasi Digital: Akses Kamar Asrama Lewat QR Code

Transformasi pelayanan juga menyentuh aspek digital. Melalui sistem Munaqosah (Manajemen Unit Layanan Akomodasi Asrama Haji), jemaah kini bisa mengetahui lokasi gedung, lantai, dan nomor kamar dua hari sebelum keberangkatan, cukup dengan memindai QR code lewat platform asramahaji.com.

Digitalisasi ini mengurai kepadatan, meminimalkan kesalahan penempatan kamar, serta meningkatkan akurasi pelayanan. Semua berbasis data real-time yang terintegrasi dengan sistem kerja petugas.

“Langkah ini bukan hanya efisien, tapi juga humanis. Petugas bekerja berdasarkan data nyata, bukan perkiraan,” tambah Prof. Evi.

IAIN Ponorogo Siap Jadi Mitra Strategis

Sebagai lembaga pendidikan Islam, IAIN Ponorogo siap mendukung langkah-langkah transformasi ini. Prof. Evi menyatakan komitmen kampus untuk mendukung penguatan literasi haji serta menjadi mitra strategis dalam edukasi umat.

“Kami siap bekerja sama, baik secara akademik maupun praktik, untuk membangun sistem penyelenggaraan haji yang lebih bermartabat,” ujarnya.

Penutup: Indonesia Menuju Standar Global Tata Kelola Haji

Dengan semangat Manifesto Suci, Indonesia tidak hanya menyempurnakan sistem, tetapi juga memperkuat identitasnya sebagai pelayan tamu-tamu Allah yang amanah dan profesional. Di tengah dunia yang terus berubah, Indonesia menunjukkan bahwa pelayanan haji bisa modern tanpa kehilangan ruh spiritual.

Jika arah ini dijaga, Indonesia berpeluang menjadi model dunia dalam tata kelola haji yang harmonis: memadukan inovasi teknologi, integritas birokrasi, dan nilai keagamaan dalam satu paket pelayanan yang unggul.