Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Bersama Kemenkes RI, Bupati Blora Optimis Turunkan Stunting 2 Kali Lipat Pada Tahun 2024
Bupati Blora Arief Rohman saat diskusi “Sesarengan Cegah Stunting” di Pendopo Bupati Blora (27/3)

Bersama Kemenkes RI, Bupati Blora Optimis Turunkan Stunting 2 Kali Lipat Pada Tahun 2024



Berita Baru Jateng, Kedaerahan – Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, bersama dengan Kemenkes RI adakan acara diskusi mengenai persoalan stunting di Blora dengan tema “Ngobrol Bareng Bupati: Sesarengan Cegah Stunting” pada Sabtu (27/3).

Dalam acara yang diselenggarakan di Pendopo Bupati Blora, yang disiarkan melalui kanal Youtube Prokompin Blora dan Dinkominfo Blora itu, Bupati  Blora Arief Rohman, S.IP., M.Si., mengungkapkan bahwa persoalan stunting menjadi salah satu dari lima prioritas kebijakan Pemerintah Kabupaten Blora. Targetnya adalah penurunan di angka 14% atau dua kali lipat di tahun 2024.

Untuk hal ini, Ia juga meminta pihak Pemberdayaan Masyarakat Desa turut mengawal terlaksananya hal tersebut.

“PMD tolong untuk penurunan angka stunting agar dibackup dengan anggaran dari dana desa,” Katanya saat pembukaan acara.

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blora Edi Widayat S.Pd. M.Kes., M.H. dalam laporannya mengatakan bahwa stunting ataupun yang biasa dipanggil pendek atau kerdil, adalah kondisi yang gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, simulasi psikologis, serta paparan inveksi berulang terutama pada anak semasa seribu HPK (hari pertama kehidupan).

Ia juga menjelaskan terdapat sepuluh desa yang menjadi lokus stunting di Blora.

“Kabupaten Blora merupakan salah satu lokus stunting di Jawa Tengah. Tedapat 10 desa lokus stunting di Blora, yakni Desa Jetak, Klokah, Direjo, Patalan, Temurejo, Magman, Sumber Pitu, Cabean, Getas, dan Kapuan,”ujar Edi.

Dari hasil riset kesehatan dasar tahun 2013, prevalensi balita stunting di Kabupeten Blora sebanyak 55,1%. Turun pada tahun 2018 menjadi 32,86% dan kembali turun di tahun 2019 yakni 27%.

Menanggap hal tersebut, Hj. Ainia Shalichah, S.H., M.Pd., AUD., M.Pd.,BI selaku Ketua Tim Penggerak PKK membeberkan pentingnya peran keluarga dalam menghadapi persoalan stunting.

“Program PKK mendukung penurunan stuntung melalui pembinanaan pola asuh keluarga, menggerakkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pangan, percepatan keanekaragaman pangan, mendukung dan berperan serta atas ketersediaan pangan” katanya.

Melalui program tersebut, ia berharap dapat bersinergi bersama pemerintah dalam upaya pengentasan stunting di Kabupaten Blora.

“Harapannya kita betul-betul besinergi, kita betul-betul satu kesepakatan bahwa betul-betul stunting di Kabupaten Blora yang sudah cukup tinggi ini turun atau  bahkan hilang sama sekali.” Kata Ainia.

Di sisi lain, Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes RI  Dakhlan Choeron, SKM,MKM turut mengapresi tindakan Tim Penggerak PKK tersebut. Ia menilai, persoalan stunting harus diselesaikan sejak dari pabriknya.

“Kalau ada balita yang sudah 5 tahun lulus dari masalah stunting dengan perbandingan lima puluh, maka yang lahir menjadi calon-calon stunting ini bisa sampai seratus, itu tambal sulam tambal sulam nggak akan selesai. Sehingga, harus segera digarap dari pabriknya kalau bahasa saya, yaitu ibu hamil” ujarnya.

Atas hal ini, ia meminta pemerintah melakukan pengawalan yang serius mengenai persoalan gizi ibu hamil.

“ Sehingga jangan samapai ada lagi ibu hamil yang kurang energi, kemudian anemia, jangan ada lagi! Kalau kita mau mencegah betul adanya stunting-stunting baru di Blora” tegas Dakhlan.

(Husein)