Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Olahan Kakao di Lembah Grime
Kepala Kampung Imsar Oscar Giay, Direktur PtPPMA Naomi Marasian, dan Kepala BUMKam Daniel Bairam bersama pembawa acara Novita Kristiani saat mengikuti seri 4 diskusi daring pengelolaan produk inovatif dengan tajuk Olahan Kakao di Lembah Grime yang menjadi bagian dari Program PAPeDA, Senin (23/8).

Kakao Adalah Nafas Ekonomi dan Pendidikan Masyarakat Lembah Grime Jayapura



Berita Baru, Jakarta – Kakao adalah produk utama penunjang ekonomi dan pendidikan masyarakat Lembah Grime dan Kampung Imsar di Distrik Nimboran Jayapura Papua.

Hal ini disampaikan langsung oleh Naomi Marasian Direktur Perkumpulan terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat (PtPPMA) Papua dalam Diskusi Seri ke-4 Festival Torang Pu Para Para yang diadakan oleh Perkumpulan untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) dan didukung The Asia Foundation (TAF), Senin (23/8).

Menurut Naomi, penopang ekonomi masyarakat Lembah Grime dan sekitarnya adalah kakao. Ketika terjadi sesuatu pada kakao, masyarakat akan terancam secara ekonomi dan pendidikan.

“Kenapa pendidikan? Karena anak-anak mereka sekolah dan belajar dari uang hasil perkebunan kakao. Jadi, jika kakao terkena hama, maka selesai sudah,” ungkap Naomi dalam acara yang dipandu oleh Novita Kristiani ini.

Kakao di Lembah Grime memang pernah terserang hama pada 2010. Berdasarkan data yang disampaikan Naomi, kerugian yang didera masyarakat karena hama tersebut sangat tinggi.

“Ketika tidak ada hama, dalam seminggu kami bisa menghasilkan sekitar 100 kg dan saat ada hama, kami hanya bisa menghasilkan antara 1 – 5 kg per-minggu,” paparnya.

Karena posisi komoditas kakao yang mendasar bagi masyarakat Lembah Grime dan hama yang sangat mengganggu, maka Naomi melalui PtPPMA memutuskan untuk turut membantu masyarakat melakukan revitalisasi.

Revitalisasi digalakkan melalui tiga (3) cara, yakni penanganan hama melalui penelitian seperti apakah hama tersebut, memperbaiki kualitas tanaman kakao agar tidak rentan terserang hama, dan bagaimana menjadikan Kampung Imsar sebagai role model pembelajaran bagi kampung lainnya terkait perkebunan kakao.

“Itu pun kami lakukan agar ada peningkatan produksi kakao di Imsar, Lembah Grime, dan daerah sekitarnya di Jayapura,” jelas Naomi dalam acara yang dihadiri pula oleh Oscar Giay Kepala Kampung Imsar dan Daniel Buairam Ketua Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) sebagai narasumber ini.

100 Juta untuk Pengembangan Kakao, Vanili, dan Gaharu

Dalam hubungannya dengan proyeksi menjadikan Imsar sebagai Kampung Teladan, berdasarkan pengakuan dari Kepala Kampung Imsar Oscar Giay, Pemerintah Kampung pada 2020 sudah mengalokasikan dana sebesar 100 juta untuk pengembangan produk lokal Imsar.

Produk tersebut meliputi kakao, vanili, dan gaharu. Menurut Oscar, kenapa harus tiga (3) tanaman tersebut adalah karena mereka sesuai dan selaras dengan iklim di Kampung Imsar, sehingga pertumbuhan dan hasilnya berkemungkinan besar akan optimal.

“Untuk kakao dan vanili, prosesnya jangka pendek, sedangkan gaharu jangka panjang. Meski demikian, untuk gaharu hasilnya cukup menjanjikan, sehingga betapa pun tetap penting untuk kami genjot pengembangannya,” papar Oscar.

“Sebagai dukungan dari Pemerintah Kampung, kami sudah menyediakan dana khusus untuk ini dan kami masukkan dalam APBK,” imbuhnya dalam acara yang ditayangkan secara langsung di kanal youtube Beritabaruco, youtube Asmat Papua Official, dan Facebook Beritabaru.co ini.

Dalam diskusi yang tidak lain merupakan bagian dari Program Pertanian Berkelanjutan di Tanah Papua (PAPeDA) bertajuk Olahan Kakao di Lembah Grime ini, Ketua BUMKam Daniel Buairam menambahkan bahwa pihaknya juga komitmen untuk fokus pada pengembangan produk lokal.

“Salah satu yang sudah kami lakukan adalah membantu untuk pemasaran. Beberapa kali kami sudah melakukan pengiriman olahan kakao lokal ke beberapa daerah,” ungkap Daniel.