Muncul Klaster Pendidikan, Zen Adv: Jangan Hentikan PTM, Kasihan Pendidikan Anak-anak
Berita Baru, Jateng – Munculnya klaster pendidikan di beberapa daerah di Jateng setelah berlangsung pembelajaran tatap muka (PTM) beberapa minggu ini, hendaknya disikapi dengan bijaksana.
Anggota Komisi E DPRD Moh Zen ADV meminta agar pemerintah tidak menghentikan atau menyetop lagi pelaksanaan PTM tersebut. Karena adanya siswa yang terdeteksi positif covid-19 juga belum tentu penularannya dari lingkungan sekolah, namun dari lingkungan lain. Karena setiap orang, termasuk anak-anak, tidak bisa mengisolasikan dirinya sendiri dengan siapapun di lingkungan masing-masing. Entah itu pelajar, pegawai kantoran, pekerja pabrik, masyarakan umum dll.
“Jangan sampai PTM distop. Betul, saya khawatir ini jadi kebijakan dan semua daerah kembali daring,” kata Zen, Kamis (23/9/2021).
Politisi PKB ini meminta agar pemerntah tidak memutuskan persoalan PTM dengan memukul rata atau gebyah uyah. Jika memang terdeteksi ada murid yang positif covid-19, maka yang ditangani cukup yang positif itu saja. . Mereka yang positif ditangani, diisolasi, tidak boleh masuk sekolah dulu, kemudian siswa yang sehat tetap bisa melaksanakan PTM dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Berdasarkan pantauan kami, semua sekolah yang menggelar PTM juga sudah menerapkan protokol kesehatan sesuai yang disyaratkan. Satgas covid-19 juga memantuanya. Yang sakit tidak boleh berangkat. Namun, interaksi siswa saat di luar sekolah itu juga bisa dengan siapa saja, banyak kelompok. Bisa jadi saat itulah tertular Covid-19. Memang kondisinya seperti ini, maka jangan lantas PTM yang sudah jalan dihentikan lagi,” katanya.
Menurut Zen, jangan sampai anak-anak dan dunia pendidikan selalu dipersalahkan. Jangan sampai membuat keputusan yang mengganggu mental anak-anak kembali, karena saat ini anak-anak sudah semangat kembali PTM, bisa bertemu guru dan teman-temannya.
“Pak Presiden Jokowi juga sudah sampaikan agar mulai siap hidup berdampingan dengan virus. Artinya apa, missal PTM sudah jalan, kalau ada yang terdeteksi kena covid, bukan PTM distop, tapi yang positif itu yang ditangani,” katanya.
Dikatakan Zen, adanya siswa yang terdeteksi positif Covid-19 itu karena ada test Antigen atau PCR. Kondisi mereka sebetulnya tidak sakit, mereka OTG. Bisa jadi, jika tes Antigen atau PCR itu dilakukan di sektor lain, missal di mall, di perkantoran, di pabrik, bisa jadi juga ada ada yang positif Covid-19.
“Kalau mau di tes Antigen atau PCR, mestinya tidak lembaga pendidikan saja yang digencarkan namun juga di sector lain. Karena semua sektor saat ini sudah aktif semua, seperti mall, pasar, pabrik, kantor-kantor dll. Pertanyaannya, missal ada salah satu pabrik terdeteksi ada pekerjanya yang positif, apakah pabrik itu juga langsung ditutup lagi, apa mau?,” kata Ketua PGSI (Persatuan Guru Swasta Indonesia) Provinsi Jateng ini.
Disisi lain, Zen juga mendorong agar pemerintah juga mulai memaksimalkan vaksin bagi anak-anak. Meskipun info dari dinas kesehatan anak-anak yang kemarin yang sudah positif bisa 100 persen sembuh, tapi mereka juga berkumpul dengan orang lain saat di rumah ini juga menulari orang lain.
“Harapan kami itu, vaksinasi juga sudah harus menyasar ke anak-anak. Karena anak-anak juga berinteraksi dengan banyak orang,” katanya.
Zen kembali menegaskan, bahwa menghentikan kembali PTM adalah bukan solusi bagi pendidikan maupun kesehatan anak anak.
“Karena mereka justru di luar malah ngga bisa terkontrol keluarga dan sekolah,” pungkasnya.