Paradigma Pelajar Dalam Masa Pademi
“Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat Itu. Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah. Dunia pendidikan tak lepas dari para pengajar alias guru, para pejuang tulus tanpa tanda jasa yang mencerdaskan kehidupan bangsa”, Ki Hajar Dewantara.
Bangsa Indonesia dengan segala perbedaan dan kebhinnekaannya sudah menuju satu abad kemerdekaannya. Proses menuju satu abad tersebut tentu kita harus merefleksikan apa saja yang telah terjadi pada ibu pertiwi ini. Dari sejak mendeklarasikan merdeka pada tahun 1945, banyak hal yang berkembang dan juga banyak hal perlu diperbaiki. Ketimpangan kesejahteraan dan pendidikan sangat terlihat di lingkungan kita, masih banyak saudara sebangsa kita tidur dijalanan dan tidak punya penghasilan tetap. Pendidikannyapun juga tidak merata untuk semua kalangan, contoh saja di negeri bagian timur Indonesia untuk sekolah mereka membutuhkan waktu berbulan-bulan menunggu guru untuk mengajarinya. Pendidikan juga seakan semakin eksklusif karena semakin kita mempunyai uang maka semakin mempunyai akses pendidikan yang lebih. Padahal sudah tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara dan pendidikan dasar merupakan kewajiban yang harus diikuti oleh setiap warga negara dan pemerintah wajib membiayai kegiatan tersebut. Kesejahteraan dan pendidikan merupakan poin refleksi yang perlu kita perbaiki bagi generasi kedepan, dua poin itu sangat berpengaruh dengan perkembangan peradaban negara ini. Oleh karenanya, ada banyak hal yang harus kita analisa untuk mencapai tujuan yakni melakukan perubahan dan memperbaiki negara ini dari kesenjangan tersebut.
Masa pademi juga datang tiba-tiba dan tidak ada yang menduga, tidak ada persiapan dan tidak ada yang meinginkannya. Semakin tambah lagi masalah bangsa ini, semakin meningkat ketidak jelasan pendidikan dan semakin banyak orang yang harus bertahan ditengah musibah ini. Kesejahteraan dan pendidikan seperti alat dan produk yang terus berdampingan. Ketika pendidikan semakin baik maka kesejahteraan akan semakin meningkat. Jadi poin yang harus di analisa untuk memperbaiki bangsa ini adalah pendidikan. Ketika kita bedah poin mana saja yang sangat penting kiranya untuk bisa diperbaiki, apa saja yang bisa kita lakukan dalam masa-masa seperti ini. Menjawab pertanyaan itu, hal yang sangat mendasar untuk diperbaiki adalah paradima pendidikan kita. Dalam pemikiran paradigmanya Thomas Kuhn menjelaskan bahwa paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar atau memecahkan sesuatu masalah yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu tertentu. Jadi paradigma merupakan cara pandang yang digunakan untuk memecahkan sebuah permasalahan.
Paradigma pendidikan Indonesia berada di ujung ketidak mampuan untuk menganalisa bagaimana membentuk generasi yang bisa menupang bangsa ini kedepan. Sistem yang dibuat oleh pemerintah tidak pernah diperbaiki dan masih menerapkan sistem lama sejak penjajahan. Maka dari itu untuk perlahan melakukan perubahan dibutuhkan semua komponen pendidikan untuk menyokongnya dari pemerintah, pendidik (guru, dosen), pelajar, orang tua. Untuk tulisan ini fokus paradigma pelajar saja. Pelajar atau siswa dari sejak dulu dijadikan objek dari pengajarnya, jadi pelajar itu dianggap produk yang dihasilkan dari pengajarnya. Perlakuan tersebut tidak banyak berubah disemua jenjang pendidikan ini. Pelajar seharusnya menjadi subjek tidak hanya objek dalam semua sistem pendidikan kita, dalam sistem pembelajarannya, pembuatan peraturan sekolah, kritik dan sarannya juga sangat kiranya diperlukan dalam sebuah sekolah atau ruang belajarnya.
Pelajar yang baik adalah ketika tercipta sebuah pola pikir yang bisa survive atau bertahan dalam kondisi dan situasi apapun. Pelajar yang mampu menganalisa sekitarnya dan bisa membuka peluang untuk dirinya dan lingkungannya. Pelajar yang baik juga harus mempunyai pemikiran luas dan daya nalar kedepan. Pendidikan kita bukan tidak menghasilkan tokoh yang bisa membaca dan menganalisa tersebut. Ir. Soekarno adalah tokoh yang dihasilkan berkat pendidikan dari guru bangsa kita yakni Ki Hajar Dewantara, sosok sukarno sangat familiar akan tetapi dibalik itu ada seorang pendidik yang bisa membentuk pelajarnya menjadi tokoh-tokoh pendidiri peradaban bangsa ini.
Paradigma pelajar sangat penting ditelaah kembali sehingga segala hal yang bersentuhan dengan pelajar harus diperbaiki dan diupayakan demi generasi masa depan. Dengan adanya pandemi ini juga sistem yang ada tidak fokus hanya formalitas semata. Pelajar harus bisa berkreasi sendiri dan guru atau pengajar juga tidak memperberat proses perkembangan mereka dengan hanya memberi tugas tulis yang tidak bisa banyak teraplikasikan dalam lingkungan. Pelajar juga bisa membaca peluang dengan melakukan apa yang disukai, semisal suka menggambar belajar membuat animasi, ada yang suka membaca mencoba membuat tulisan, ada yang suka otomotif bisa banyak belajar melalu media-media lainnya. Sehingga dengan adanya pandemic ini banyak waktu yang bisa dilakukan sesuai fashion atau kesukaan pelajar sendiri.
Pandemi ini salah satu perkiraan yang tidak bisa ditebak dengan dunia berubah 180 derajat. Sehingga pelajar juga bisa membaca peluang kedepan untuk terus mengasah kemampuan dan kesukaanya. Pelajar juga harus bisa belajar mandiri dalam proses pembelajarannya. Akan banyak proses gagal dan ketidak tahuan dalam masa belajar sesuai fashion tersebut. Maka jangan berhenti mencoba dan bertanya, setidaknya kalian harus bisa banyak memberikan pertanyaan sambil lalu mencari jawabannya. Kreatifitas muncul ketika banyak hal yang kita lakukan dan pertanyakan. Sehingga otak bisa punya banyak analisa dan pengalaman dalam pemecahannya.
Pelajar tidak bisa berkembang baik ketika sistem yang ada didalamnya juga tidak diperbaiki dan monoton. Komponen – komponen yang bisa memperbaiki pendidikan kita juga harus terus berupaya membentuk jiwa pelajar kita lebih mandiri dan mempunyai kreatifitas juga kepekaan sosial terhadap lingkungannya. Karena pelajar juga bukan robot yang di isi program untuk menjalankan sebuah tugas, akan tetapi sebagai cerminan kedepan bagi Negeri ini. Ketika pelajar kita bisa berkembang dengan baik dan bisa membentuk jati diri yang luhur, maka Indonesia menuju satu abad akan cerah begitupun sebaliknya.