Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

menggambarkannya dalam format yang relevan dengan era kontemporer: dakwah melalui platform media sosial.
menggambarkannya dalam format yang relevan dengan era kontemporer: dakwah melalui platform media sosial.

Gus Abdul Hakim Putra KH.Maslahudin Merajut Dakwah Melalui Media Sosial, Antara Harapan dan Tantangan



Berita Baru Jateng – Sebagai keturunan dari almarhum KH. Maslahudin Jaelani, seorang ulama terkemuka yang pernah menjabat sebagai Wakil Rais Syuriah PCNU Cilacap, Gus Abdul Hakim mengemban tanggung jawab besar dalam meneruskan dakwah keagamaan dan memberikan kontribusi bagi masyarakat. Namun, ia berhasil mengadaptasi misi suci ini dengan cemerlang dalam konteks zaman kita yang terus berkembang, yaitu upaya dakwah melalui media sosial.

Gus Abdul Hakim meyakini bahwa dakwah merupakan pilar utama dalam menjaga kelangsungan dan penyebaran ajaran Islam. Pandangan ini merujuk pada ajaran Nabi yang menyatakan bahwa dakwah dapat dilakukan melalui tangan (bi al-yad), melalui ucapan (bi al-lisan), dan melalui hati (bi al-qalb). Walaupun dasar ini sederhana, seiring berjalannya waktu, tiga metode dakwah ini mengalami berbagai interpretasi, beberapa di antaranya sangat beragam, termasuk di dalamnya dakwah kultural dan struktural yang dalam beberapa kasus diartikan secara radikal.

Namun, perkembangan dakwah tidak hanya mencakup metode, tetapi juga teknik berdakwah yang telah mengalami perubahan drastis. Ini terjadi karena peran teknologi yang semakin besar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam urusan berdakwah. Teknologi adalah salah satu kekuatan terpenting yang telah mengubah cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan berbagi informasi.

Di era ini, media sosial telah menjadi wahana utama dalam upaya berdakwah. Gus Abdul Hakim memahami bahwa eksistensi media sosial adalah salah satu faktor yang paling efektif dalam mendukung berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan, ekonomi, politik, ideologi, budaya, dan sosial. Ini juga merupakan alat yang paling banyak dimanfaatkan oleh para pelaku dakwah sebagai media untuk menyebarkan pesan-pesan agama.

Namun, seperti koin yang memiliki dua sisi, pemanfaatan media sosial dalam dakwah membawa dampak positif dan negatif bagi umat Islam. Efek positif yang paling mencolok adalah kemudahan akses yang diberikan oleh media sosial, memungkinkan masyarakat untuk mempelajari ajaran Islam kapan saja dan di mana saja. Tetapi, ada juga efek negatif yang sangat mengkhawatirkan.

Dakwah dapat dilakukan dengan tangan (bi al-yad), dengan lisan (bi al-lisan), dan dengan hati (bi al-qalb). Meskipun dasarnya sederhana, dalam perkembangannya, tiga metode dakwah ini telah memunculkan beragam interpretasi, beberapa di antaranya sangat berbeda, seperti dakwah kultural dan struktural yang sering kali diinterpretasikan secara radikal.

Namun, perkembangan dakwah tidak hanya mencakup metode, tetapi juga teknik berdakwah yang telah mengalami perubahan drastis. Ini terjadi karena peran teknologi yang semakin besar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam urusan berdakwah. Teknologi adalah salah satu kekuatan terpenting yang telah mengubah cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan berbagi informasi.

Dakwah melalui media sosial sering kali tidak memiliki pengawasan yang ketat, dan ini menghasilkan dakwah yang bebas sensor dan tanpa kualifikasi da’i atau mubaligh. Dalam arti lain, siapa pun, terlepas dari latar belakang keagamaannya, dapat dengan bebas melakukan dakwah. Ini menghadirkan potensi serius untuk penyebaran informasi yang tidak benar atau bahkan menyesatkan.

Gus Abdul Hakim, dengan bijaknya, mengingatkan bahwa umat Islam dalam peran ganda mereka sebagai khalayak, konsumen, dan objek dakwah melalui media sosial, harus memiliki kecerdasan dalam mengolah dan mengonsumsi materi dakwah yang disampaikan. Tidak semua konten yang tersebar di media sosial adalah “vitamin serta nutrisi” yang diperlukan dan bermanfaat bagi umat Islam.

Sebagai panduan, Gus Abdul Hakim menawarkan tiga hal yang harus diperhatikan dalam berdakwah melalui media sosial. Pertama, konten harus bermanfaat dan mencerminkan Islam yang damai, sebuah pesan yang sangat penting di tengah banyaknya konten kontroversial di media sosial. Kedua, konten dakwah harus dikemas dengan cara yang menarik agar lebih efektif menjangkau audiens yang lebih luas. Terakhir, dakwah harus responsif dan dapat menyesuaikan dengan tren saat ini.

Dengan bijak dalam menerima dan memberikan informasi dakwah melalui media sosial, kita dapat memastikan bahwa pesan suci Islam tetap murni dan tujuan dakwah yang sejati tercapai: kebahagiaan di dunia dan akhirat. Gus Abdul Hakim, dengan visinya yang jelas dan pemahamannya yang dalam tentang dinamika media sosial, adalah sosok yang membimbing umat Islam menuju cahaya kebijaksanaan dalam berdakwah di era digital ini.

Sebagaimana dikutip dari media ivoknews dengan berita dengan judul Jalinan Dakwah di Era Digital: Gus Abdul Hakim, Putra KH. Maslahudin, Menyulam di Dunia Media Sosial