Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Potret Sejarah Wisata Baturraden
Potret Suasna wisata Baturraden Banyumas Jawa Tengah. Photo: Istimewa

Potret Sejarah Wisata Baturraden



Berita Baru, Banyumas – Sahabat Berita baru dimanapun berada, dalam kesempatan ini kami ingin menyuguhkan informasi wisata yang ada di Banyumas. Rasanya tidak lengkap kalau belum mengunjungi wisata Baturraden. Selain terkenal dengan pesona alamnya, Baturraden juga memiliki legenda yang tak kalah tragis dengan Romeo dan Juliet. Baturraden adalah nama kecamatan yang berada di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Hanya 7,5 km dari arah Purwokerto ibu kota kabupaten. Di sana, wisatawan akan menemukan beberapa objek wisata yang cocok untuk menghabiskan waktu liburan.

Apalagi tempatnya yang berada di lereng Gunung Slamet, membuat pengunjung dimanjakan dengan suasana sejuk pegunungan. Selain berisi tempat wisata, ada sebuah legenda menarik tentang asal mula Baturraden. Dongeng tersebut bercerita tentang seorang putri raja atau disebut “raden” yang mencintai seorang pembantu kerajaan atau “batur”. di kutip dari Solopos.com

Adipati Kutaliman adalah raja yang memiliki pembantu atau “batur” bernama Suta. Ia adalah seorang pembantu yang mengurus kuda-kuda milik kerajaan. Suatu hari, setelah ia membersihkan kandang kuda dan memberi makan kuda, Suta memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kadipaten. Ia pun melewati sebuah pemandian yang dahulu kala bernama Tamansari. Namun, baru berjalan beberapa langkah, ia mendengar suara jeritan meminta tolong. Suta segera berlari ke arah sumber suara dan menemukan seorang perempuan sedang ketakutan karena melihat ular besar menggantung di pohon.

Melihat hal itu, Suta segera mengusir ular tersebut. Walaupun takut, ia mencoba memukul ular tersebut menggunakan kayu yang ia temukan di sekitar sana. Ular tersebut sangat besar dan seolah-olah siap menyantap perempuan tersebut. Setelah insiden itu, barulah Suta sadar jika perempuan yang ia tolong adalah putri raja Adipati Kutaliman. Seiring berjalannya waktu, mereka berdua menjadi dekat.

Setiap ada kesempatan selalu menghabiskan waktu berdua. Lama-kelamaan, muncul benih-benih cinta di antara Suta dan putri kerajaan. Karena Suta lelaki sejati, ia pun dengan berani melamar putri kerajaan. Namun ia lupa, bahwa dirinya hanyalah seorang pembantu kerajaan. Derajatnya dianggap sangat jauh lebih rendah daripada sang putri.

Adipati Kutaliman yang mendengar hal itu langsung marah besar. Ia merasa ternodai karena putrinya dilamar oleh seorang pembantu. Sang raja langsung menghukum Suta. Ia menyuruh pengawalnya untuk memasukkan Suta ke dalam penjara bawah tanah. Kehidupan Suta di dalam penjara sangat memprihatinkan.

Penjara itu sangat tidak manusiawi. Di dalam sana, tidak ada penerangan sama sekali alias gelap gulita. Apalagi sel yang digunakan Suta digenangi air setinggi pinggang orang dewasa. Ia juga terserang demam karena jarang diberi makan. Mendengar hal itu, putri kerajaan merasa kasihan. Ia pun menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk meloloskan Suta dari penjara. Putri kerajaan berjanji tidak akan melaporkannya jika rencana tersebut gagal.

Saat malam menjelang, rencana sang putri dilaksanakan. Ia sudah menunggu Suta dengan cemas di pintu belakang kerajaan bersama salah satu kuda. Tak lama kemudian, orang kepercayaannya keluar sambil memapah Suta.

Karena takut akan ketahuan, sang putri langsung membawa Suta menjauh dari area kerajaan. Mereka kabur dan menyamar menjadi orang biasa agar bisa tinggal di sebuah desa. Mereka pun akhirnya menikah dan hidup dengan bahagia. Namun cerita tidak sampai di situ. Setelah melahirkan anak pertama, raja Adipati Kutaliman berhasil menemukan putri melalui para prajuritnya.

Suta dan sang istri menolak keinginan sang raja yang meminta putrinya untuk kembali ke kerajaan. Karena sudah habis kesabarannya, sang raja menusuk Suta menggunakan kerisnya. Melihat hal itu, sang putri marah besar. Ia merasa terluka melihat pujaan hatinya terbunuh dan meninggalkan dirinya untuk selamanya. Dengan sisa kekuatan yang ia punya, sang putri merebut keris tersebut dari sang ayah dan menancapkannya di tubuhnya.

Tempat mereka berdua meninggal itulah yang sekarang dikenal dengan Baturraden. Kisahnya yang seperti Romeo dan Juliet versi Indonesia itu masih terkenal di kalangan warga dan wisatawan.

(SB Kafi)